Dr. Soim Anwar (Kanan), Drs. Muhni (Tengah), Moderator (Kanan) (Foto: Dok. LPM Sinar)
WARTA SINAR – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
(BEM FIP) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menggelar
Seminar Nasional bertajuk Rekonstruksi Karakter, Selasa (23/05), di Gedung Auditorium UTM. Seminar
ini dilaksanakan mulai pukul
09.00-14.00 WIB, dan dibuka oleh Wakil Dekan
III FIP, Wahid Khoirul Ikhwan.
Seminar yang turut dihadiri oleh Presiden Mahasiswa
UTM dan wakilnya ini mengusung tema
“Rekonstruksi karakter calon pendidik dalam upaya meningkatkan pendidikan
di Madura”, yang diikuti oleh lebih dari
150 peserta terdiri atas mahasiswa
FIP dan umum. Selama kegiatan berlangsung tampak beberapa peserta bebas keluar masuk ruangan saat pemberian materi.
“Mereka sangat antusias,
karena beberapa peserta yang keluar untuk kuliah masih ingin kembali ikut
seminar, mengingat materi yang cukup menarik dan pemateri
yang ahli dalam bidangnya,” ujar
Mohammad Anang Lutfi, selaku Ketua Pelaksana.
Pada seminar ini diundang beberapa pakar pendidikan karakter yang
unggul dalam bidangnya, di antaranya
Dr. Shoim Anwar, M.Pd., Pakar Pendidkan; Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bangkalan,
Drs. Muhni; Angelina Amelinda Rizki Eka Putri,
Pengajar Muda Indonesia Mengajar.
“Jadi, kami memang mengambil contoh pendidik muda dan pakar pendidikan karakter
agar nantinya peserta dapat langsung menyerap ilmu itu dengan pasti,”
ujar Anang Lutfi.
Dr. Shoim Anwar mengungkapkan, karakter itu nilainya
universal. Artinya, secara umum dan berlaku untuk semuanya,
percaya diri juga karakter. Masyarakat
Indonesia kalau krisis percaya diri tidak akan maju. Ia juga menyebutkan bahwa nilai karakter seorang calon pendidik perlu direkonstruksi bersama, dikaji berdasarkan ambivalensi kebudayaan.
Senada dengan hal tersebut,
Drs. Muhni berkata bahwa merosotnya nilai pendidikan juga akibat dari adanya fenomena-fenomena siswa
yang sering di luar batas, nilai karakternya rusak,
tidak hanya pendidik namun juga peserta didik.
Melalui seminar ini, panitia berharap calon pendidik dapat lebih sadar tentang karakter
yang selayaknya bagi calon pendidik, baik dari segi kedisiplinan maupun totalitasnya.
“Seperti yang dikatakan pemateri tadi,
‘guru kencing berdiri,
murid kencing berlari’. Jadi, agar tidak dicontoh jeleknya,
hanya dicontoh baiknya saja,”
pungkas Anang Lutfi. (Wky)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar