Bukan sebatas lambang untuk
dipajang, melainkan cita-cita yang harus diwujudkan. Ungkapan klise yang sering
didengungkan. Siapapun bisa mengungkapakan kalimat itu tapi sayangnya tak semua
orang pandai memaknai kalimat bersahaja itu.
Hampir 70 tahun Indonesia dikobarkan bahwa Indonesia telah
merdeka. Tapi nyatanya? Jauh dari kata merdeka. Merdeka dalam arti sebenarnya,
bukan tentang tumpang tindih yang merajalela antara penguasa dan jelata seperti
saat ini. Bukan juga tentang kriminalisasi yang membabi buta. Membantai
siapapun demi apapun tak peduli harga diri. Bukankah telah menjadi hak setiap
warga negara Indonesia untuk memperoleh kedamaian dalam hidup?
Bukan bermaksud menyalahkan stake holder Indonesia. Namun negara kita punya
tujuan yang sudah termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu, 1)
merdeka, 2) bersatu, 3) berdaulat, 4) adil, dan 5) makmur. Jelas sudah tujuan
dari segala tindak tanduk negara Indonesia.
Namun apalah guna teori jika tidak
diimbangi dengan aplikasi yang selaras. Tak ada gunanya juga semua warga
Indonesia hafal dengan tujuan negara Indonesia namun tak punya kemauan untuk
memaknai lebih apa yang tersirat dalam tujuan tersebut. Sesuatu yang fitrahnya
berharga namun tak dapat memaknai, maka sesuatu tersebut tak ada harganya. Sama
halnya dengan dasar filsafat negara kita, Pancasila. Founding father kita bersusah payah merumuskan dan
memperjuangkan dasar itu bukan semata untuk formalitas, melainkan mereka punya
harapan besar kepada kita untuk meneruskan perjuangan mereka dengan berbekal
ilmu dari mereka.
Percayalah, mereka pasti menggelengkan
kepala jika mereka mengetahui bahwa jati diri Indonesia yang dulu segenap hati
diperjuangkan kini telah berada diujung tanduk. Semakin berkembangnya zaman tak
diimbangi dengan penegakan moral yang seharusnya, namun semakin berkembangnya
zaman membuat sifat amoral berserakan dikalangan para penerus bangsa. Pelan
tapi pasti menggerogoti keutuhan negara.
Banyak dari kita lupa atau bahkan
membutakan diri dari sejarah. Bagaimana mudahnya para bapak negara kita
menyandingkan nyawa mereka demi sebuah kehormatan bangsa. Bangsa Indonesia,
bukan yang lain. Sedangkan kita? Sebagian dari kita dapat memaknai saja sudah
syukur.
Berbicara tentang nasionalisme bukan
berarti berbicara tentang siapa yang merasa sok suci atau merasa paling benar.
Tetapi tentang bagaimana kita sebagai tonggak bangsa secara sadar bersama
belajar,bangkit, dan terus berjuang meneruskan tongkat estafet kemerdekaan
bangsa. Bukankah itu mudah jika kita bisa bertenggang rasa bersama?
Dirgahayu Pancasilaku – 01 Juni 2015.
Semoga engkau selamanya kekal sebagai tanda betapa mahalnya
engkau bagi bangsa kami. Sebagai tanda tonggak sejarah peradaban Indonesia yang
terlalu berharga untuk diabaikan begitu saja. Semoga bukan hanya pengharapan
baru yang mulai terlahir, namun tindakan baru juga mulai terlahir dari sini.
Dari kami yang sama sepertimu.
Family Tree Maker Support
BalasHapusFamily Tree Maker
FTM help center
Family Tree Maker 2019
Best genealogy software
Free family tree templates
Family book creator
Family Search
Family Tree Maker Troubleshooting and live chat
Ancestry Login
Family Tree Maker 2019 Review
Best genealogy websites for beginners
Install Family Tree Maker
Free printable family tree templates
ak blog
BalasHapusak blog
deal with stress
earn money
best motivational quotes
digital marketing course
best health tips
ak blog
best general knowledge questions
best on page seo tips