Ilustrasi : lpmsinar2021
Ada anggapan dalam masyarakat yang masih
belum hilang hingga saat ini. Mungkin bisa
dibilang anggapan yang ketinggalan zaman. Anggapan itu adalah tentang
pendidikan tinggi yang ‘katanya’ bisa menghambat jodoh. Padahal ‘faktanya’, jodoh, rezeki, dan
kematian adalah takdir yang telah diatur oleh Yang Maha Kuasa jauh sebelum penciptaan alam semesta
beserta isinya. Terdengar lucu memang jika ada orang yang mengatakan bahwa sekolah tinggi dapat membuat seseorang susah dapat
jodoh, khususnya bagi perempuan. Seolah-olah orang tersebut adalah Tuhan Yang
Maha mengetahui takdir seseorang. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah,
apakah benar jika pendidikan tinggi bisa menghambat jodoh?
Kalimat “jangan sekolah tinggi-tinggi nanti susah dapat jodoh,
karena laki-laki yang mau mendekat jadi minder”. Seringkali kaum perempuanlah
yang mendengar kalimat yang lumayan menyayat hati itu. Miris memang jika
kalimat larangan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dengan dalih nanti susah dapat jodoh itu dapat membatasi perempuan yang
ingin mengupgrade dirinya. Padahal
zaman sudah semakin maju, namun pemikiran-pemikiran semacam itu masih saja belum bisa hilang dari masyarakat.
Dahulu R.A Kartini bersusah payah
memperjuangkan emansipasi wanita, mengangkat derajat wanita Indonesia agar
dapat memperoleh hak-haknya termasuk dalam hal pendidikan. Namun ketika hal
tersebut sudah bisa didapatakan dengan mudah pada saat ini, mengapa harus ada kalimat yang seolah membatasi perempuan untuk mendapatkan
haknya? Terkadang orang tua lah yang mengatakan hal demikian, hingga melunturkan semangat sang anak dan seolah
membatasinya.
Menilik kembali keadaan masyarakat di
desa-desa, khususnya para orang tua yang pemikirannya masih menganggap bahwa
perempuan tidak usah melanjutkan sekolah tinggi-tinggi nanti susah dapat
jodohnya. Dan biasanya mereka akan menambahkan kalimat “toh nanti juga kalo sudah menikah, bakal ngurus
rumah, anak, dan suami”. Seolah pendidikan yang tinggi tidak dibutuhkan ketika
sudah berumah tangga nanti.
Kadangkala faktor dari laki-laki itu
sendiri yang terlalu overthinking tentang jenjang pendidikan
seorang perempuan. Kadang mereka minder karena merasa tidak pantas bersanding
dengan perempuan tersebut. Namun ada juga yang takut menikah dengan perempuan
yang memiliki pendidikan tinggi karena nantinya bisa saja merendahkannya.
Contoh kalimat yang kebanyakan dilontarkan laki-laki tentang perempuan yang
berpendidikan tinggi, “wih S2 yakali aku
nikah sama dia, bisa-bisa nanti aku disuruh-suruh” begitu kira-kira, tapi
memang tidak semuanya. Padahal itu belum tentu terbukti kebenarannya. Mereka
menganggap perempuan yang pendidikannya tinggi akan merendahkan dirinya ketika
berumah tangga nanti, sehingga tidak jarang kebanyakan laki-laki akan mencari
perempuan (pasangan) yang pendidikannya setara dengannya atau dibawahnya.
Dari hal-hal diatas semestinya laki-laki tidak perlu minder dengan perempuan
yang berpendidikan tinggi. Perempuan berpendidikan tinggi bukan untuk
merendahkan derajat laki-laki, bukan juga untuk menyuruh-nyuruh, melainkan
untuk bekal menjadi seorang ibu yang cerdas bagi anak-anaknya nanti. Bukankah
ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya? Ibu yang baik dan cerdas, akan
melahirkan generasi yang baik dan cerdas pula. Selain itu memiliki istri yang
berpendidikan adalah suatu keberuntungan, karena ketika dalam rumah tangga
menemukan masalah dan tidak tahu pemecahannya, bukankah dia (istri) bisa
menjadi teman diskusi dan memberikan solusi. Teman hidup yang senantiasa
mengarahkan dan membimbing untuk sama-sama menjadi lebih baik. Sama-sama saling
mengerti dan memahami.
Perlu diketahui bahwa dalam rumah tangga
nantinya seseorang tidak hanya hidup dengan fisik dan wajahnya saja, namun juga
dengan karakter, kebiasaan, dan pola pikirnya. Dalam rumah tangga tidak ada
istilah suami harus lebih pintar, sedangkan istri harus biasa saja, suami bergerak, dan istri diam saja. Padahal yang
namanya rumah pondasinya harus seimbang, jika berat sebelah bangunanya bisa
roboh. Apalagi rumah tangga, semuanya harus beriringan saling mengisi
kekurangan untuk menguatkan satu sama lain.
Ada sebuah kutipan dari Abu Abdurrahman
Al-Faruq, beliau mengatakan “mendidik anak
tidak bermula ketika sepasang suami istri berubah status menjadi ayah dan ibu.
Mendidik anak bermula ketika seorang lelaki memilih seorang wanita untuk
menjadi pasangan hidupnya”. Oleh karenanya jika seorang laki-laki memiliki
impian mempunyai keturunan yang baik dan cerdas, maka pilihlah perempuan yang dapat
melahirkan dan mendidiknya dengan baik seperti yang diharapkan. Karena anak tidak bisa memilih lahir dari
ibu yang seperti apa, namun dirimu bisa memilihkan ibu yang pantas untuk
melahirkannya.
Dari hal-hal yang telah disebutkan
diatas, maka pendidikan tinggi tidaklah menjadi sebuah faktor penghambat jodoh.
Namun sebaliknya, pendidikan tinggi mampu
membuat kehidupan rumah tangga nantinya menjadi lebih baik. Jika memang ada
seseorang yang berpendidikan tinggi namun jodohnya masih belum datang itu bukan
salah pendidikannya, namun memang belum takdirnya saja. Karena setiap orang memiliki takdirnya masing-masing, tidak bisa disamakan satu sama lain. Tidak ada
salahnya untuk memperbanyak doa dan ikhtiar. Karena sejatinya jodoh adalah
rahasia Yang Maha Kuasa, manusia
hanya bisa berdoa dan berikhtiar untuk mendapatkannya.
Untuk perempuan tidak perlu terlalu
mempercayai anggapan tersebut, tetaplah berproses mengupgrade diri. Pendidikan perempuan pada dasarnya bukan untuk
menyaingi atau mengalahkan laki-laki (suami), namun untuk bekal mendidik
keturunanmu nanti. Ada sebuah quote yang sangat mengena yaitu, “jika hari ini
engkau tak mampu mendidik dirimu, niscaya esok engkau tak mampu mendidik
keturunanmu”. Dari kata-kata tersebut dapat direnungkan bahwa pendidikan bagi
perempuan adalah hal yang sangat penting dan tidak bisa disepelehkan. Karena
anak-anakmu kelak berhak lahir dari ibu yang baik dan cerdas. Anak memang tidak
bisa memilih lahir dari ibu yang seperti apa, namun dirimu dapat mempersiapkan
diri untuk menjadi ibu yang terbaik bagi dirinya, sehingga nantinya dia bangga memiliki seorang ibu
sepertimu. Dan jika nantinya ada laki-laki yang ingin bersamamu, namun
pendidikannya dibawahmu, tidak perlu ragu untuk menerimanya. Asalkan dia baik,
bertanggung jawab, dan dapat membimbing dirimu menjadi lebih baik itu sudah
cukup.
N
PBSI’19 (LPM Sinar, 15 Juli 2021)
Wonderful article, very nice information. Thanks for sharing- ak blog.
BalasHapuscrystal display shelf
BalasHapusstarter crystals
crystal roche
7 chakras healing crystals bracelet
white wall corner shelves
crystal display shelf
very nice post.
BalasHapuslocal geeks help
Matchmaking offers a unique advantage that it neither requires data from other applicants nor compares applicants with each other madalin stunt cars
BalasHapusYour storytelling skills are amazing. On this excursion, I had the impression that I was right beside you. Interested in reading more about your exploits. Prestige Southern Star
BalasHapusSobha Neopolis like you thought.
BalasHapusThe Prestige Serenity Shores was read your post.
BalasHapusMy go-to source for news and amusement is your blog. We appreciate your constant provision of excellent content. Prestige Park Grove
BalasHapusPrestige Kings County like you blog. Thank you
BalasHapustopreplicasThe ultimate place to enhance your style!
BalasHapus