Selamat Datang di Situs Lembaga Pers Mahasiswa Sinar FIP Universitas Trunojoyo Madura

Minggu, 31 Desember 2017

Kado untuk Ummy



(Ilustrasi: Google)


Apa kabar Ummy Desember ini? Rasanya lama sekali aku tak mendengar lantunan suara merdu Ummy mengiringi artis Malaysia, Siti Nur Halizah, di kala pagi. Oh ya, Ummy, apakah Ummy lupa bahwa besok pagi putri semata wayangmu ini genap 17 tahun? Seingatku, 3 tahun silam Ummy memberi kecupan hangat dan setangkai mawar di pagi hari ulang tahunku. Meski sederhana, tapi begitu mengesankan. Sekarang aku tidak butuh itu semua. Dari sini aku sudah bisa merasakan doa sekaligus senyuman dari Ummy. Mungkin kini sebenarnya hatiku sangat miris. Tapi tak apa ummy, sungguh tak apa.

Ummy kangen gak sama aku? Pasti Ummy kangen dengan pipi yang cabby dan senyum yang menawan? Tenang, Ummy. Kalau sudah saatnya Iftah pasti akan menyusul kalian ke surga. Iftah akan datang bersama  calon menantu dan cucu Ummy.

Cahaya lintang malam ini kian tampak benderang, berbaur dengan semerbak aroma bunga sedap malam yang berjejer rapi di pekarangan rumah. Bunga-bunga itu mengalunkan tarian angin yang merasuk hingga sanubari terdalam. Semua kenyamanan malam ini membuat otak mencoba mengumpulkan kepinga kepingan mozaik masa lalu, bersamamu Ummy.

Oh Ummy, 3 tahun alam telah memisahkan kita. Tiga tahun pula aku tak pernah lagi mendengar orang berkata “Wah, kalian berdua saudara ya!” saat kita mengenakan gaun yang sama. Mungkin semua karena usia kita yang hanya terpaut 20 tahun. Bukan hanya itu. Bagiku Ummy bukan hanya sekedar ibu. Tapi juga sebagai ruang tempat meluapkan segala emosi yang meletup letup di jiwa. Aku juga rindu sekali dengan dendeng sapi buatanmu Ummy. Sungguh lezat. Aku masih ingat betul, Ummy sering menangis  di dekat ranjangku kala aku terlelap dalam tidurku saat Ummy merasa benar-benar lemah karena putri semata wayangnya  tenggelam dalam lautan narkoba. Ah, Ummy, semua itu terjadi tiga tahun lalu saat aku masih masyhur dengan sebutan “ratu narkoba’’, jadi Ummy jangan kuatir, Insyaallah mozaik kelam itu tidak akan terulang lagi.

Ummy sekarang pasti bertanya-tanya, kenapa hingga sepertiga malam aku belum mengirim kado Fatihah seperti biasanya? Hari ini, Iftah akan mengirim sebuah kado yang jauh berbeda dengan malam-malam sebelumnya? Sebuah kado yang di proses dengan perjuangan besar dalam 3 tahun lamanya.

Di sini malam semakin kalut. Sunyi kian mencengkram dan nyanyian katak terdengar semakin lantang. Sungguh Maha Besar Allah Azza Wa Jalla yang telah menjadikan sesosok wanita yang berlumuran dosa ini bisa memenuhi janji agung yang sebelumnya tidak pernah sekalipun tersirat dalam angannya. Sebuah janji yang ia ikrarkan sebelum napas terakhir  ibundanya.

Awalnya aku meragu Ummy, apakah sang Ilahi mau menerima taubat mantan pecandu narkoba selama 3 tahun seperti aku ini. Dan selama itu pula aku enggan sekali menyapa Tuhan. Aku benar benar ragu, takut, gelisah, gundah dan bingung kala itu.

Namun Allah mengirimkan hidayahnya lewat sesosok tua yang bijaksana. Ia membantuku berdiri dari lingkaran  kesesatan. Tutur katanya yang lembut, wajahnya yang teduh dan perangainya yang memancarkan kilau ketaqwaan membuatku yakin bahwa Allah itu maha pemaaf karena Ia punya lautan Maghfiroh bagi tiap hambanya yang mau meringkuh kembali kejalanNya dengan sunggu-sungguh.

Mulai saat itu pula aku membawa secawan harapan yang membantuku melangkah setapak demi setapak keluar dari kolam kemaksiatan. Kuawali ayunan kaki dengan mengais ilmu di Pesantren Khufadz yang terletak di perbatasan desa. Bismillah, semoga lentera kebaikan berpihak pada gadis hina ini.

Aku melihat Sebuah kupu-kupu indah tidak tercipta dengan cara yang instan, tapi ia harus melewati metamorfosis panjang yang membuatnya selalu berubah-ubah bentuk. Berawal dari telur kecil yang kemudian menjadi ular yang menggelikan, bukan hanya sampai situ, ia masih harus bertirakat dari makan dan minum saat ulat itu menjadi kepompong. baru setelah habis masa perjuangannya dan kepompong itu telah siap membelah diri, maka keluarlah kupu-kupu cantik yang menawan.

Begitu pula yang aku alami saat itu Ummy. Rasa rindu pada obat syaithon yang berbentuk “narkoba” itu pernah menghampiriku. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali Ummy. Mungkin semua itu karena masa laluku yang pernah menjadi budak dari narkoba. Kala itu aku tak kuasa menahan hasrat diri. Aku menangis tertahan di ujung ruangan gelap. Bingung apa yang harus dilakukan. Semua itu membuatku laksana orang majnun. Tiba-tiba sesosok bayanganmu datang di depan retina kecilku. Aku masih ingat benar. Kala itu, kau mendekapku, Ummy. Merangkul dan berbisik “Iftah sayangku... dengarkan Ummy. Sebuah perubahan besar itu perlu perjuangan besar. Kau adalah sesosok wanita tangguh. Ummy yakin, kau pasti bisa mengalahkan iblis yang durjana itu. Percayalah, Allah bersamMu.’’

Sungguh maha besar Allah yang telah menyadarkan dan menyelamatkanku dari ikatan obat syaiton itu, sesegera mungkin aku berlalu mengambil wudhu dan ber-istighfar. Dan sejak kejadian malam itu Ummy, bisikan nasihatmu selalu terngiang di telinga dan berputar di otakku. Semua itu menjadi inspirasi sekaligus pemompa terkuat untuk berjuang kembali menjadi wanita normal pada umumnya

Rintikan hujan malu-malu mulai membasahi bentangan sawah yang tandus nan gersang, datang bersama sambaran petir dan guntur yang bergantian. Membuat semua tumbuhan seakan menari kegirangan karena rindu  telah datang. “Desember” sebuah bulan yang begitu istimewa dalam alur hidupku. Ummy tahu, dalam bulan penghujung tahun itu sang kupu-kupu telah telah keluar dari masa kritisnya. Kini ia bisa beterbangan di awan dan menyapa tiap kuncup bunga yang bermekaran seakan semua itu menyambut datangnya sang “Desember”. 

Tahukah Ummy, kenapa Iftah menamakan bulan ini bulan istimewa? Karena di bulan ini si Iftah kecil dilahirkan dari rahim wanita cantik, yaitu Ummy. Di bulan itu pula tragedi tabrakan maut merenggut nyawa Ummy dan Abby. Dan ini, di bulan Desember pula, kupu-kupu kecil yang bernama Iftah telah dinyatakan “Hafidzoh beserta Tafsir-nya” oleh guru besarnya. Subhanaallah, siapa yang mengira sebelumnya kalau “Iftitahur Rizqiyah” yang dulu masyhur disapa sebagai “Ratu Narkoba” bisa menjadi Khafidzoh 30 jus beserta Tafsirnya. Tapi semua ini tak bisa luput dari dari keagungan hidayah ilahi dan motivasi dari Ummy. Kini Iftah benar-benar yakin Ummy, kalau di dunia ini tak ada yang tidak mungkin. Allah adalah maha di atas segala maha. Buktinya, karena  kemurahan hatinya, ia mau menurunkan hidayahnya pada sang ratu narkoba.

Kini Ummy, di penghujung paragrafku, tiba saatnya bagiku untuk memberikan kado itu. Iftah telah memenuhi janji terakhirku untuk khafidzoh dan bertaubat, jadi Iftah akan melantunkan 30 jus Alquran malam ini, dan itu  hanya untuk Ummy. Dengarlah lantunan ayat yang kupersembahkan untukmu. Semoga Ummy  di sana senang dengan kado yang sengaja Iftah berikan tepat di sepertiga malam hari ibu. Sebuah hari yang terpaut 24 jam dengan kelahiranku. “selamat hari ibu, Ummy”. Dimana pun Ummy berada, Ummy tetap motivator paling hebat untukku.


*Penulis Iftah, Mahasiswa PG Paud Angkatan 2016
Read more ...

Duka Desember


(Ilustrasi: Google)


Diawali dengan gelapnya siang di Madura, tepatnya di desa Telang. Gelap, di siang hari?

Seorang gadis kecil termenung di jendela kampus yang penuh akan embun hujan. Dia gadis sederhana yang berasal dari kampung. Namun, tekadnya untuk mengubah keadaan keluarganya hingga rela kuliah ke Madura tanpa restu dari bapaknya. Karena dia yakin ini jalannya.

Dia... dia bernama Aisyah. Dari awal kedatangannya ke Madura bapaknya sudah tidak rela, hanya karena satu sebab. Sebab yang tidak logis menurut Aisyah. Karena tidak lolos bidikmisi. Memang pengumuman bidikmisi telah berlalu, namun bayang-bayang kepedihan yang dirasa Aisyah masih tergambar jelas. Awal ada tekad untuk kuliah, dengan harapan ada bantuan bidikmisi dari kampus. Namun Tuhan menyuruhnya untuk bersabar. Menangis, tidak nafsu makan, diam, hingga ibunya mendekat dan bertanya, “Apakah kamu benar-benar ingin melanjutkan sekolah, Nak?” Aisyah terdiam.

Haruskah aku menentang orang tuaku? Pertanyaan itu selalu berkeliaran di otak Aisyah. Hati dan ego mulai berperang, seakan ada tombak yang siap menusuk dari arah manapun, jika ia salah mengambil langkah. Namun ibunya memahami anaknya, jika diamnya adalah “iya”. Dengan halusnya ibunya berkata “Sudah, Nak, jangan menangis, besok kamu ikut daftar ulang ya!” Hah. Aisyah tertegun sejenak. Uang darimana, Buk? Bapak? Dari paklekmu, kakakmu, dan dari ibuk. Kata bapak tak lagi terucap jika berkaitan tentang perkuliahanku.

Menangis adalah sahabatnya, dan senyum adalah anugerah baginya. Ibunya adalah alasan terbesarnya, kenapa dia punya tekad yang kuat untuk berjuang. Pesan dari beliau hanya satu, apapun yang dilakukan ayahmu, tetaplah hormat padanya. Ayahnya sampai tega lepas tangan dan tak mau membiayai kuliahnya.

Daftar ulang, verifikasi, hingga sampai detik ini ayahnya tidak pernah menelepon atau bahkan menyampaikan salam rindunya lewat ibuknya Aisyah. Durhakakah aku? Berjuang tanpa Ridho ayah, kata Aisyah. Sampai dia bertanya pada kakaknya, apakah adikmu pantas melanjutkan kuliah, Kak? Setiap orang berhak sukses dan kakakmu mendukungmu, terus lakukan yang terbaik, jangan pernah melakukan sesuatu dengan setengah-setengah. Dia kembali bertanya pada pakleknya, “Egoiskah keponakanmu ini, Lek?” Tidak, terus maju, jangan hiraukan bapakmu, kelak dia akan tau pentingnya menuntut ilmu.

Fase-fase kesedihan dengan berjalannya waktu sedikit terabaikan. Ospek, punya teman banyak, tugas kuliah yang membuat luka kemaren terlupakan. Lelah, TIDAK. Tidak ada kata lelah bagi Aisyah. Dia selalu ingat perjuangan ibuknya di rumah demi dia di Madura. Hanya saja, rutinitasnya selama satu bulan sekali terus berjalan. Menangis, yaps menangis. Di setiap uang bulanannya habis, berat lisannya untuk meminta uang pada ibuknya. Malu, menjadi anak yang selalu menjadi beban bagi ibuknya.

Kasih sayang dari ibuknya, terkadang membuatnya lupa akan tugasnya untuk tetap berbakti pada ayahnya. Sesekali dia menelepon ibuknya dan menanyakan kabar ayahnya.

Suara gledek terus bersuara, seakan langit marah pada awan hitam yang selalu menghalangi matahari untuk bersinar di bawahnya. Hari minggu adalah anugrah bagi para mahasiswa untuk menjauh dari tugas. Sama seperti Aisayah, dengan suasana kos di waktu fajar, dia bergegas mengambil air wudhu dan memanjatkan beribu doa dan permohonan yang tak lelah ia panjatkan. Pernah terrlintas dibenaknya bahwa, kapan Tuhan mengabulkan doaku? Kapan Tuhan lelah mengujiku?

Seakan telah habis airmata yang keluar untuk berduaan memohon doa kepada Sang Pencipta. Kapan kudapatkan beasiswa? Kapan kutunjukkan kepada ayah? Bahwa anaknya bisa. Itulah pertanyaan yang selalu diutarakannya kepada Tuhan. Berdoa selesai, dan tak disadarinya dibukanya magic com, dan seperti yang sudah-sudah, nasi habis. Ini merupakan pekerjaan rutinitasnya. Menyapu kamar, membuang sampah, masak lauk dan nasi hingga menatakan tempat tidur teman sekamarnya. Maklum teman Aisyah adalah anak orang berada, yang sudah terbiasa hidup enak dan males-malesan bangun pagi.

Setelah semua pekerjaan selesai, Aisyah merasa kesepian. Diambilnya buku diary miliknya. Karena sahabat terindah Aisyah hanya kepada Tuhan, ibu, dan buku. Braakkk. Ada apa? Kenapa? Ucap Aisyah. Namun, temannya masih terdiam dengan muka judesnya, mungkin lagi bertengkar dengan pacarnya, pikirnya.

Hari demi hari temannya tidak lagi menyapanya. Bagi Aisyah teman adalah segalanya. Namun apa yang bisa diperbuat olehnya. Kalo memang ada yang marah, seharusnya Aisyah bukan dia. Karena Aisyah di kos hanya dianggap babu yang setiap pagi harus bersih-bersih, menyiapkan sarapan untuk temannya. Tapi ya sudah. Gadis pendiam satu kamar dengan gadis cerewet, manja, dan terbiasa dengan hidup glamor.

Perjalanannya belum apa-apa, apalagi pembuktiannya. Belum ada yang bisa ia buktikan. Semester satu akan berlalu. Diawali dengan UAS, di sini ia akan berjuang kembali. Banyak tugas take home yang ia kerjakan. Tapi malangnya nasib Aisyah, laptop pun tak ada. Apalagi laptop untuk HP Android pun Aisyah baru punya saat dia masuk kuliah. Pasti pemberian pakleknya, tidak mungkin dari ayahnya. Ia harus bergantian dengan mbak kos. Pernah sampai ia harus mengerjakan di jam 23.30. Itu hanya satu alasan, disaat mbak kos tidur dan laptopnya nganggur.

Bungkam mulutnya untuk meminta laptop pada ibuk tercinta. Selagi ia masih bisa berjuang sendiri, tidak akan pernah ia ceritakan kesedihan itu pada ibuknya. Suara HP berbunyi. Dibarengi dengan dinginnya siang hari, aku merasa kesepian di kamar kos. Sambil melamun dan menunggu kedatangan teman sekamarku yang tak kunjung datang. Ternyata pesan itu berasal dari Rektor, bahwa ada bidikmisi tambahan. Dengan paketan HP minim, semakin menambah penasaranku. Loading. Dan apa yang terjadi? Diruntutnya daftar nama dari atas sampailah di kelompok PGSD. Dinginnya siang hari karena hujan yang memeluk matahari tiba-tiba terdengar suara isak yang bukan lain itu adalah suara tangisnya. Aisyah tidak lolos bidikmisi tambahan.

Harapan, angan-angan, dan semangat belajarku seakan telah sirna. Hingga terlintas dipikiran, bahwa kapan aku bisa membanggakan orang tuaku? Apakah aku hanya menjadi beban orang tuaku?

“Aisyah, kamu ngapain? Lho ko’ matamu bengkak?” Aisyah berusaha menutupi wajahnya dari Kartika. Kartika adalah mbak kos yang selalu aku mintai bantuan, entah itu masalah pelajaran, laptop, hingga uang. Mbak, aku tidak lolos bidikmisi lagi mbak, ucap Aisyah dengan suara isaknya. Apa yang kukatakan pada ibuk mbak? Aisyah bersabarlah, mungkin ini belum jalanmu, masih banyak rencana Tuhan yang kamu belum tau, yang lebih indah dari ini. Jika aku pulang nanti, maukah ayah bicara denganku mbak? Pasti mau ko’, ucap Kartika dengan nada meyakinkan.

Ditolak bidikmisi dua kali tak pernah menyulutkan semangatnya untuk terus maju. Pengumuman yang begitu menghantam jiwa Aisyah. Namun, duka Desember kemarin tidaklah sepenuhnya menjadi duka. 

Terdengar bunyi telepon dari ibuk. 

“Assalamualaikum, Buk. Bagaimana kabar ibuk? Ada apa ibuk?” 

“Nak, bapakmu mengirimkan uang untukmu. Pakailah uang itu untuk membeli laptop, Nak.” 

Senyum Aisyah kembali.

“Benarkah, Buk?”

“Iya, Nak.” Jawab ibuknya.

Inikah rencana yang disembunyikan Tuhan untukku? Walau ayah belum mau bicara padaku, setidaknya ayah belum lupa padaku. Aisyah baru sadar doa kita pasti dikabulkan oleh-Nya, entah sekarang, nanti, dalam bentuk yang sama atau malah lebih indah. Desember membuatku yakin, bahwa ayah masih menyayangiku. Desember membuatku yakin, bicara dengan ayah lebih indah daripada bidikmisi.


*Penulis Ami Fida, Mahasiswa PGSD Angkatan 2017
Read more ...

Desember, di awal Pagi



(Ilustrasi: Google)


Pagi tak pernah membeda-bedakan, seperti penjual yang baik, diterimanya semua pembeli, baik yang datang berjas, pakaian lusuh, sekalipun compang-camping, seperti halnya di awal pagi di bulan terakhir dalam setahun, ia tak pernah pergi, ia menunggu dengan pasti, bersama suasana dinginnya yang pasti menemani.

Dan kalau si pagi datang, banyak manusia pun turut menemani, mulai dari suara tangis bayi, penikmat pagi yang berjalan di taman-taman, penjual yang bergegas menyiapkan dagangan, pun yang masih terlelap dalam lembutnya bantal. Desember di awal pagi selalu begitu, tak pernah berubah, lagi pergi.

Jika desember selalu ramah, menyambut pagi yang datang menghampiri, dan tak pernah membedakan siapa yang mau dan enggan menyambutnya, maka apa kabar hati manusia yang masih saja bertingkah milih-memilih, apa kabar pikiran manusia yang hanya fokus melihat hal baik tanpa mau bersyukur? Pun apa kabar pemimpin yang hanya peduli pada satu hal yang dianggapnya terbaik?

Sekali lagi, desember di awal pagi tak pernah membeda-bedakan, tak pernah berbuat pilih kasih, siapa yang berbuat banyak, siapa yang berbuat sedikit, karena pagi di awal bulan ini terlalu suci untuk dianggap munafik, bulan di akhir tahun bagai sebuah pelukan yang dingin, tak pernah menolak atau menanti, apalagi menghakimi tanpa bukti.

Lelaki pemimpin itu hanya mempercayai apa yang ingin dia percaya. Tapi desember di awal pagi hanya mampu menatapnya dingin.

Bangkalan, 2017


*Penulis We, Mahasiswa PBI Angkatan 2015

Read more ...

Aku Ingin Berkata, "Kapan Kuliah?"



(Ilustrasi: Google)


“Aku pengen kuliah, Zah. Tapi apadaya, adikku mau masuk SMP, sedangkan kakakku belum bekerja. Apa hanya mengandalkan ibukku yang seorang single parent? Atau memanggil ayahku kembali untuk bangun dari kuburnya supaya aku ada yang membiayai kuliah? Sambil menangis sepanjang perjalanan  berangkat dari kost menuju ke pabrik sepatu yang ada di Jepara. Dan  Zahro sebagai adik sekaligus teman dikost yang selalu menjadi teman curhatku. Keluh kesahku tentang pabrik sepatu yang melelahkan dan juga semangat untuk mengais rezeki yang telah aku usahakan.

“Zah, aku duluan ya. Upper-ku sudah numpuk nih. Nanti bunda Yani marah-marah kalau tidak dapat target hari ini,” sambil berlari menuju mesin yang menjadi partner kerjaku.

Seharian aku semangat demi keluarga di rumah tercinta dan tentunya teruntuk adikku, Nafis.
Bunyi bel istirahat sudah berbunyi, saatnya semua karyawan harus keluar dari lingkungan pekerjaan untuk beristirahat, sholat dan makan, meskipun ada beberapa yang melanggar dari aturan tersebut, tetapi sebagian yang masih menyelesaikan pekerjaannya demi memenuhi target dan mensejahterakan kaum Korea.

“Mbak, Maria. Ayok ke kantin! Jangan mikir kerja terus! Walaupun pekerjaanmu numpuk, tapi mikir kesehatan juga, Mbak. Ok?” Kemudian mbak Maria bangkit dari tempat kerjanya yang penuh dengan tumpuan upper yang melelahkan. “Yok, Nun”. Saling menggandeng tanganku.

Sesampainya di kantin, melihat buruh Korea yang mengenaskan dan penuh dengan penderitaan dari kaum Korea yang mengantre demi mengisi perut yang meronta-ronta karena kejaran target Price Order (PO) dari kaum Korea.

Sesampainya antri di tempat makan, banyak buruh yang mengeluh karena lembur tak tergaji, makanan tak sesuai porsi, bahan rijek, dan sebagainya, inginku memerdekakan mereka tapi apadaya, aku juga buruh kaum Korea demi mencari rupiah yang diperjuangkan untuk kuliah. Padahal setetes keringat sangat berharga dengan mengorbankan anak, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Sambel ijo, sayur bening dan tidak kalah pentingnya krupuk tahu yang menjadi pelengkap dan menjadi aliran harmonisku. Sesuap, demi sesuap nasi yang masuk melalui keronkongan telah hilang dicerna oleh ususku yang lapar akan sebuah masukan yang dikejar target-target dari jam tujuh hingga petang yang akan datang.

Bel istirahat kurang 30 menit lagi, aku bergegas ke musala untuk melaksanakn kewajiban menghadap sang Lillah yang memberiku kekuatan untuk menghadapi marahan, cacian yang berada dilingkungan itu.

“Uh. Alhamdulillah....” Sambil mengembuskan napas panjang untuk membuang semua penat, lelah dan temannya setelah terlaksananya kewajibanku.

Waktu menunjukkan 12.55 WIB aku segera bergegas menuju ke tempat kerja yang dipenuhi dengan tong yang menjadi semangatku untuk mengejar target 100 pasang sepatu perjamnya.

“Nul,” panggilan sayang dari teknisiku, bu Yani yang menjadi orang tua, musuh, sekaligus temanku selama dipabrik sepatu itu.

”Iya, ada apa, Buk?” Jawabku sambil menjahit atasan sepatu yangpenuh variasi.

“Sudah dapat berapa, Nul?”

”Baru 95 pasang, Buk.” Sambil fokus dengan bahan sepatu yang penuh dengan perhatian. menengok bu Yani yang berjalan gesit menuju cell 2.

“Syukur ya mbak. Cell kita dapat target, apa kata jika cell kita tak dapat target, bagaimana hidup ini, cell ini? Bu Yani pasti marah besar, ya Mbak.” Sambil gurauan dengan output sewwing cell6.

“Nun.” Output sewwing menghampiriku, dan aku sejenak menghentikan pekerjaan.

”Nun. Bu Yani manggil kamu tuh?”

“Kenapa ya mbak, apakah ada yang salah dari jahitanku, ya Mbak?”

“Iya, kayaknya, margin jahitanmu melebihi ukuran deh.”

Akupun mendatangi bu Yani dibawah office admin keuangan, dan di situlah bu Yani marah besar terhadapku, melihat jahitan yang mau tutup PO turun dari QC (quality control), sebanyak 200 pasang sepatu. Dan saya mencoba menjelaskan kembali bahwa itu bukan jahitan saya, tapi dari cell lain, setelah ditelusuri memang dari cell lain. Selama 2 jam demi menelusuri dan menyita waktu bekerjaku, pengawas cellku memanggilku, “Nul. Balik”. 

“Iya teh, sebentar”. Teh nanik selakupengawas yang mau naik darah segera mengajakku untuk kembali bekerja, yang sudah jembek melihat tumpukan upper yang memenuhi meja kerjaku. Akupun segera bergegas dan mempercepatnya menjadi 1700/jam sungguh, itu kecepatan yang belum saya coba selama 3 bulan bekerja di pabrik ini. Dan syukurnya pekerjaan selesai sampai menunjukkan pukul 05.00 WIB, segeralah aku pamit izin pergi mengambil wudu untuk menunaikan kewajiban salat asharku yang aku tunda demi duniaku.

Lima menit usai menunaikan kewajiban, sambil mendengarkan ocehan ibuk clining service yang  sedang duduk-duduk makan di ruang WC dekat tempat wudhu.

“Ibuk, aku duluan ya.”

“Iya nduk, seng semangat njeh.”

“Mbak. Sudah selesai sholatku.” Outputku yang bernama mbak Ratna, sambil memakai topi pabrik. Dan ia hanya menganggukkan kepalanya karena sibuk dengan rekapan tutup PO.

Hari ini aku lembur sampai jam 21.00 WIB, inginku tidak ikhlas tapi apadaya aku memikirkan ke belakang masih ada orang tersayang yang butuh akan rupiah ini, yang menjadikan semangatku tumbuh kembali, dan di situlah aku mersa sedih ingin menimba ilmu di perkuliahan.

“Capek sekali hari ini,” sambil rebahan dan meluruskan punggung yang penuh dengan beban target dari pasangan sepatu.

“Gimana mbak, jadi kuliah tidak?” Tanya Zah dengan tiduran disampingku. Aku pun duduk dari tempat tidur.

”Entah, Zah, Allah belom mengizinkan untuk menginjakkanku di perkuliahan.” Sambil kipas-kipas dengan data target.

“Kalau kamu bagaimana, Zah?” Sautku dari depan lemari baju. Dia hanya tersenyum dan mengangkat bahunya, menandakan bahwa dia juga ingin kuliah tapi, bingung juga soal biaya.

Dan setelah penat, capek hati, pikiran dan omongan yang berada di pabrik, segeralah aku mengambil handuk dan bergegas untuk mandi supaya beban yang ada dipundak setidaknya tidak terpikirkan untuk tidur.

“Ainun mana?” Terdengar dari tempat salat, ibu kost yang menanyakan ke mbak Fita juga, teman kostku.

Akhirnya aku bergegas menemui ibu kost, ternyata hari itu dapat makan gratis dari ibu kost yang habis hajatan karena mendapat menantu baru.

“Suwon ya, Buk.” Sambil menerima makanan yang diberikan kepada ibu kostku.

Waktu sudah berlarut malam, teman seperjuanganku sudah berada di bawah alam sadar, tapi mata ini belum saja ingin menutupnya, karena tebersit akan kata “kuliah”,  sehingga aku membuka link PTN yang berada di seluruh Indonesia. Dari UGM, UNNES, UI, ITB dan PTN yang ada di Indonesia. Tak terasa air mata menetes jatuh ke bantal berwarna hijau lumut dan teringat akan diriku sesosok tulang punggung yang menjadi sandaran kebahagiaan mereka.

Sambil melihat foto ayah, “Ayah. Aku akan sukses, demi melanjutkan perjuanganmu ini, walaupun aku ingin menginjakkan kakiku di perkuliahan”.



*Penulis Umian, Mahasiswa PGSD Angkatan 2017

Read more ...

Jumat, 22 Desember 2017

Inilah Janji Pertama Gubernur FIP Terpilih


(Gubernur-Wakil Gubernur bersama Wadek 3, Foto: LPM Sinar)

WARTA SINAR – Pasangan Farid-Muhsin secara otomatis terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur FIP UTM 2018, setelah mendapat suara terbanyak pada pemilihan ketua dan wakil BEM FIP, Universitas Trunojoyo Madura, Kamis (21/12) kemarin.

Hasil tersebut dibacakan secara langsung di depan ruang Ratu Ebu oleh pihak KPUM. Pasangan Farid-Muhsin memperoleh 728 suara, Rudi-Ainur 483 suara, Lailatul Hidayah-Ghufron 179 suara, dan Himatul Aliyah-Imam Jazuli 16 suara.

Farid menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh dukungan yang telah diberikan. “Kami tidak akan berdiri di sini tanpa ada kalian. FIP bukan milik saya. Tapi milik kita semua,” ujarnya saat sambutan di depan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan.

Mahasiswa PGSD 2015 tersebut mengaku akan segera membentuk struktural BEM FIP 2018. Ia juga akan berjuang dalam proses pengawalan dana Ikoma.

“Kami akan mengawal Ikoma sampai selesai. Artinya, dana Ikoma harus dikembalikan kepada mahasiswa seluruhnya. Sebelum mengembalikan semua, kami perlu koordinasi dengan komting per kelas, pihak pimpinan, dan musyawarah bagaimana jalan keluarnya,” ucapnya.

Selaku wakil BEM 2018, Muhsin berjanji akan menampung aspirasi mahasiswa melalui forum diskusi Badan Kelengkapan dan mahasiswa. “Kami ingin menyejahterahkan masyarakat FIP. Kami juga akan menciptakan mahasiswa yang unggul,” kata dia.

Ia mengatakan akan berdiskusi lebih lanjut terkait program kerja ke depannya. “Pastinya, kami tidak akan menggantikan. Kami akan melanjutkan pembangunan dari BEM sebelumnya,” pungkas mantan ketua umum HMP Pendidikan Informatika 2017 tersebut. 

Berkaitan dengan pemilu raya tahun ini, ketua KPUM FIP, Agung Sudrajat, berkomentar terkait kendala persiapan calon gubernur dan wakil gubernur.

“Kami memberikan waktu tenggang pendaftaran sekitar 5 hari. Tapi mungkin ada trik politik, sehingga mereka (semua paslon, Red) melakukan pendaftaran di hari pendaftaran terakhir. Jadi untuk berkasnya keteteran.” Ungkap mahasiswa jurusan PGSD tersebut. (Gg, Um)

Read more ...

Kamis, 14 Desember 2017

“Keunikan” Gebyar Dies Natalis PGSD Ke-7


(Dies Natalis PGSD ke-7, Foto: LPM Sinar)

Dies Natalis lazim diadakan untuk memperingati ulang tahun suatu lembaga, tak terkecuali oleh prodi-prodi di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Trunojoyo Madura. Namun, ada yang beda dalam dies natalis PGSD tahun ini. Puncak acara dikemas apik dengan stand bazar dan pameran seni rupa karya mahasiswa.

Gebyar dies natalis yang dilaksanakan kemarin (13/12) bertempat di lantai dasar gedung Cakra ini diisi beberapa penampilan tari, fashion show, drama, dan penampilan band. Tak hanya itu, acara ini juga dihiasi dengan stand-stand bazar dan pameran seni rupa mahasiswa PGSD. Stand bazar dan pameran adalah rancangan dari para dosen mata kuliah terkait. Panitia bazar dan pameran dibuat terpisah dengan panitia dies natalis.

“Stand bazar dan pameran seni rupa merupakan permintaan dari dosen mata kuliah KWU dan Seni rupa untuk menyediakan tempat saat gebyar dies natalis. Panitia bazar dan pameran sengaja dibuat terpisah. Panitia bazar dan pameran dibentuk langsung oleh dosen mata kuliah pengampu,” ujar Vivi Eka, selaku ketua peelaksana acara.

Kaprodi PGSD, Mohammad Edy Nurtamam menyambut positif acara dies natalis ini. Beliau berharap agar PGSD lebih maju dan mahasiswa lebih kreatif. Beliau juga berharap mahasiswa PGSD tidak hanya memiliki potensi sebagai guru SD tetapi juga berkompetensi dalam bidang lain sesuai dengan mata kuliah yang diambil.

Tak hanya gebyar, stand, dan pameran yang menjadi sorotan, namun ada hal lain yang menarik dalam acara dies natalis prodi tertua di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura ini, yaitu kehadiran 2 mahasiswa asal Thailand di tengah-tengah kursi penonton membuat acara semakin menarik. Ketika ditemui terpisah di ruang Ratu Ebu, salah satu mahasiswa yang memiliki nama Indonesia Wahyu mengaku senang dapat hadir dalam acara tersebut. 

“Saya merasa senang ketika diberikan kesempatan ikut ke dalam acara. Acara di sini beda dengan yang ada di kampus saya tapi di sini acaranya juga baik,” ujar mahasiswa asal Universitas Walailak Thailand ini. (gg/kg)

Read more ...

Selasa, 12 Desember 2017

Toelf Class 2017 Banyak Manfaat Minim Peminat



(Pemateri, Foto: LPM Sinar)


TOEFL adalah salah satu tes yang diadakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam berbahasa Inggris. Tes ini terdiri atas 3 jenis yaitu reading, listening dan structure. Lulus dalam tes TOEFL juga menjadi syarat wajib bagi mahasiswa untuk meraih gelar sarjana. Namun dewasa ini, mahasiswa mengalami banyak kesulitan dalam menghadapi tes ini. 

Hal inilah yang melatarbelakangi UKMF Excellent mengadakan acara “Toelf Class 2017”. Acara yang diselenggarakan hari Senin (11/12) berisi tentang pembahasan tips-tips dalam mengerjakan tes TOEFL jenis reading. Acara yang bertempat di gedung rekrorat lantai 10 Universitas Trunojoyo Madura ini mengambil tema “Dare To Learn Dare To Success”. 

Acara yang dibuka oleh wakil dekan 3 Fakultas Ilmu Pendidikan ini terdiri atas beberapa rentetan acara, yaitu mulai tanggal 11, 13, 14, dan 15 Desember 2017. Adapun rincian acaranya pelatihan reading, listening, structure, dan tes toelf. Irda selaku ketua pelaksana mengungkapkan bahwa kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah minimnya minat mahasiswa UTM untuk mengikuti berpartisipasi dalam Toelf Class ini.

“Kami menargetkan 100 peserta namun yang mendaftar hanya 62 mahasiswa. Kami sudah membuka stand bahkan sudah kami perpanjang periode pendaftaran, namun yang mendaftar masih kurang,” imbuhnya.

Acara yang diisi oleh Ibu Zakiyatul Mufidah selaku pembuat soal tes TOEFL dari pusat bahasa Universitas Trunojoyo Madura ini berisi motivasi dan trik-trik dalam mengerjakan tes TOEFL. 

Menurut ketua umum UKMF EXCELLENT Siti Choirun Nisa acara ini memiliki banyak sekali manfaat, salah satu di antaranya memotivasi kita untuk mengubah pola pikir dalam mengerjakan tes TOEFL  sesuai dengan yang dipaparkan pemateri.

“Untuk mengerjakan tes TOEFL kita harus mengubah mindset, terutama dalam belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggris tidak sulit kalau kita mau mengubah mindset bahwa saya pasti bisa. Karena jika sudah mengubah mindset kita, maka akan muncul kemauan untuk belajar bahasa Inggris,” ujarnya.

Tes TOEFL tidak akan sulit lagi jika kita mau mengubah mindset kita bahwa belajar bahasa Inggris adalah perkara yang mudah. Dengan begitu, maka akan timbul kemauan dari dalam diri untuk belajar bahasa Inggris. (kg) 


Read more ...

Senin, 04 Desember 2017

Himapipa dan Harapan pada Diesnatalis ke5




(Penutupan science education month, foto: dok. Lpm sinar)

Hari ini 3 Desember 2017,  telah dilaksanakan acara penutupan diesnatalis  Himapipa ke-5. Acara bertema “Generasi Masa Lalu untuk  Masa Depan  IPA yang  Lebih Baik” tersebut dilaksanakan di Gedung Cakra, Universitas Trunojoyo Madura.

Pemilihan tema pada penutupan science education month ini bertujuan agar generasi sekarang dapat belajar dari masa lalu. Hal itu dijelaskan oleh Muhammad Khoirus Shadiqin, selaku ketua pelaksana acara.

“Apa yang menjadi kekurangan dari masa lalu, bisa diperbaiki untuk masa depan  yang lebih baik,” ujarnya.

Pembukaan acara sendiri dilaksanakan pada 31 Oktober 2017, yang dibuka oleh Pembina Himapipa. Serentetan acara telah diselenggarakan, dan ditutup hari ini oleh Bapak Haris, selaku dosen prodi Pendidikan IPA.

Diesnatalis merupakan acara tahunan yang selalu dilaksanakan dengan meriah. Para panitia terdiri atas HMP dan mahasiswa baru hasil dari Open Recrutment. 

Agar lebih meriah, panitia mengadakan berbagai perlombaan seperti lomba debat, video ucapan selamat ulang tahun, voli, futsal, dan yang paling meriah yaitu memasuki acara outbond yang diisi dengan lomba makan siwil, mencari koin dalam tepung, balap karung, dan masih banyak lagi keseruan lainnya.

Menjelang penutupan, acara dimeriahkan oleh Komunitas Starpipa, komunitas VOC atau dance dari mahasiswa Pendidikan IPA. Yang lebih spesial yaitu mendapatkan tamu kehormatan dari Ketua Himpinan  UMSIDA (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo). 

Pada penutup diesnatalis ini, juga dilaksanakan acara pemilihan Duta Kampus Pendidikan IPA yang dinilai oleh para dosen dan duta kampus tahun lalu. Selain itu, juga ada pengumuman pemenang  perlombaan yang akan diumumkan pada akhir acara. (Am/Ri)



Read more ...

Alamat Kami

Jln. Raya Telang - Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura

Follow Us

Designed lpmsinar Published lpmsinar_fkipUtm