Selamat Datang di Situs Lembaga Pers Mahasiswa Sinar FIP Universitas Trunojoyo Madura

Selasa, 24 Januari 2023

SERBA SERBI PEMILU RAYA 2023, DARI JANJI MANIS HINGGA KRITIK KEGIATAN PEMIRA

 

Warta Sinar – Pemungutan suara dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur FIP UTM 2023 dilakukan secara daring melalui google form (22/1). Berdasarkan hasil perhitungan suara, pasangan nomor urut satu atas nama Rifqi Ayatullah dan Diah Octavia memperoleh 810 suara dan pasangan nomor urut dua atas nama Ach. Fuadi dan Yanu Robbianto memperoleh 1038 suara. Atas keunggulan tersebut pasangan nomor urut dua dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur FIP periode 2023.

Ach. Fuadi selaku gubernur terpilih  menyampaikan salah satu kontribusinya untuk FIP ke depan yaitu sesuai dengan visi misinya. Ia akan menjalankan dengan sungguh-sungguh demi membawa Fakultas Ilmu Pendidikan lebih baik kedepannya dengan mengoptimalkan progresivitas pendidikan mahasiswa FIP.

"Untuk mengoptimalkan Progresivitas pendidikan, BEM FIP disini nantinya akan membuat program unggulan berupa sekolah binaan untuk menunjang semua mahasiswa FIP untuk belajar dan mengajar dengan melibatkan lembaga pendidikan yang ada di kota Bangkalan ini. Feedback yg di dapatkan oleh mahasiswa FIP adalah pengalaman mengajar dan agar tidak panik sebelum menginjak semester 7 yang nantinya akan menghadapi program KKN dan PPL," ujar Ach. Fuadi.

Kendati pemira FIP 2023 berjalan sebagaimana semestinya. Kegiatan ini masih mendapatkan kritik. Salah satu mahasiswa FIP yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan bahwa Pemilihan Raya FIP 2023 kurang maksimal.

“Terkait pemilihan di FIP menurut saya pribadi kurang maksimal, karena saya melihatnya secara mekanisme dan teknis serangkaian pemilu FIP ada beberapa yang tidak sesuai, salah satunya adalah sosialisasi PKPU dan sosialisasi terkait mekanisme pemilihan kemarin itu tidak di publish sehingga terkait informasi kita sebagai mahasiswa FIP tidak terlalu memahami konsep yang direncanakan. Cuma selepas dari itu semua patut kita apresiasi dan hal itu menjadi evaluasi di tahun berikutnya dikarenakan kematangan dalam sebuah acara itu penting apalagi sekelas pemilu, karena ketika tidak matang maka berakibat fatal,” ujarnya.

Sementara itu hingga berita ini diterbitkan pihak Banwaslu belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Sedangkan KPUM sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan pemira sampai saat ini tidak dapat dihubungi untuk dimintai keterangan.(Nk/Ch)


Read more ...

Sabtu, 21 Januari 2023

BEM-FIP TAK KUNJUNG BERI KEJELASAN, UKM-FIP PERTANYAKAN KEBERADAAN SEKBER

 


Warta Sinar- Permasalahan Sekretariat Bersama (Sekber) FIP sampai saat ini belum menemui kejelasan. Seperti yang diketahui, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Ilmu Pendidikan tidak diberikan Sekber yang layak. Tempat yang selama ini digunakan berproses UKM FIP adalah gudang penyimpanan barang yang disulap menjadi Sekretariat Bersama (Sekber). Hal ini menimbulkan kekecewaan UKM FIP kepada BEM FIP selaku pihak yang bertanggung jawab untuk menjembatani pihak Ormawa dan pihak Dekanat FIP. Salah satu pengurus UKM FIP yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan kekecewaannya karena apa yang dijanjikan oleh BEM FIP dan Dekanat tidak kunjung menemui kejelasan (21/1).

"Tanggapan saya terkait permasalahan sekber ini jujur saja sangat kecewa. Sebab hingga saat ini apa yg dijanjikan oleh pihak BEM masih belum ada kejelasan. Dan kesannya tidak ada tindaklanjut," ujar salah satu pengurus UKM FIP yang tidak ingin disebutkan namanya.

Menurut Sri Yuliani Susanti ketua umum UKM-F GP-EST periode 2022, kebutuhan akan sekber sangatlah penting dan mendesak bagi UKM karena selama ini UKM mencari tempat lain untuk kepentingan diskusi, rapat dan menyimpan inventaris.

"Sangat urgent, adanya sekber kami para UKM sangat terbantu untuk rapat dan diskusi, karena sejauh ini kami mencari tempat sendiri-sendiri untuk keperluan UKM. Kami selama ini menyimpan inventaris tersebut di kos/kontrakan teman-teman," ujar Sri Yuliani Susanti.

Ashar selaku Ketua Umum UKM-F Sabit periode 2022 berpendapat bahwa permasalahan ini dikarenakan kelalaian dari BEM FIP.

"BEM lalai dalam hal ini. Harusnya BEM menjembatani antara UKM dan para fakultas.  Menurut saya BEM ini lalai karena mereka lebih fokus pada masalah pribadi mereka sehingga masalah sekber ini tidak di prioritaskan. Temen-temen kemarin yang sudah ngobrol dan bersusah payah dan memberikan saran sampai sekarang belum ada kejelasan, mereka hanya bilang nanti, selain itu ada beberapa janji yang belum mereka tepati seperti mempertemukan pihak UKM dan pihak Dekan. Jadi saya sendiri tidak puas dengan kinerja BEM di periode ini," ujar Ashar.

Lebih lanjut, Ashar mengungkapkan bahwa Ia tidak mau terlalu berharap kepada BEM FIP periode selanjutnya dalam menangani persoalan sekber, karena menurutnya sudah berbeda orientasi.

"Kalo saya sendiri sih tidak terlalu berharap kepada BEM selanjutnya, mungkin karena orientasi kita berbeda. Ya mungkin pesan saya kepada BEM periode selanjutnya semoga sholatnya tepat waktu," tutupnya.

Hingga berita ini diterbitkan pihak BEM FIP belum memberikan keterangan lebih lanjut. (Nf/An/Mq)

 

 

Read more ...

Jumat, 13 Januari 2023

BAPAK BAHIR


Ilustrasi @Lpmsinar22

Pandemi Covid-19, pandemi yang berhasil mengejutkan Indonesia dan seluruh dunia beberapa tahun yang lalu. Pandemi yang merenggut ratusan ribu jiwa, dan bahkan berhasil memporak-porandakan perekonomian hingga pendidikan Indonesia. Namun ketika mendengar kata covid-19, bukan itu semua yang aku ingat. Ada satu hal yang baru aku ingat beberapa hari yang lalu saat bercerita dengan paman mengenai masa lalu, yaitu sebuah kenangan yang sangat berharga. Cerita ini hanya tentang perjuangan Bapak—beliau yang sudah tiada tiga tahun yang lalu karena penyakit paru-parunya.

Solo, tahun 2020, saat itu tidak sepadat dan seramai saat ini, dulu masih satu dua bangunan besar yang dibangun, namun sekarang hampir setiap tempat dipenuhi gedung-gedung pencakar langit. Tahun itu, sekitar pertengahan bulan maret—Aku lupa tanggal berapa dan hari apa—yang pasti umurku masih 14 tahun, saat itu Aku dan Bapak masih tinggal di gubuk kecil.

Tahun 2020, kehidupanku belum senyaman saat ini. Namun namaku tentu masih sama. Bapak memberiku nama Bahir, yang artinya bersinar. Mungkin beliau memang ingin Aku menjadi orang yang seperti itu. Hingga hari ini Aku mampu menebus semua perjuangan Bapak, perjuangan beliau untuk menjadikanku seorang guru.

Cerita ini bermula saat pandemi Covid-19 memaksa kami untuk berjuang lebih keras.

***

Solo, 2020

Bahir berlari tergesa-gesa melewati persawahan yang becek. Kaki dan celana birunya sudah dipenuhi lumpur saat ia sampai di halaman depan gubuknya. Untung saja ia sempat melepas sepatunya, karena jika tidak siap-siap saja ia terkena omelan dari Bapaknya.

“Bapak!” teriak Bahir keras dengan harapan bapaknya segera datang. Dan benar saja, sang bapak langsung datang terburu-buru dengan sarung masih di atas lutut.

“Ada apa, le?” Tanya Abdul—bapak bocah laki-laki itu.

“Kapan bapak akan membelikanku Handphone? Sudah dari 1 tahun yang lalu Bapak mengiyakan, namun sampai hari tidak juga dibelikan” Ucap Bahir panjang kali lebar mengungkapkan keluh kesahnya. 

Abdul tersenyum tipis “Bapak lagi nggak ada uang le, pandemi ini membuat langganan becak bapak sepi”

Raut wajah Bahir berubah murung “Terus Bahir sekolah online besok gimana pak?”

Abdul mengusap puncak kepala Bahir lembut. Tidak tega juga sebenarnya ia melihat anaknya harus kesulitan sekolah karena tidak memiliki alat belajar yang memadai di rumah. Namun apalah daya, memang beginilah keadaannya sekarang, untuk makan sehari-hari saja hampir tidak pernah cukup. Hidup mereka secari awal sudah susah, namun pandemi ini membuat keadaan mereka menjadi lebih susah dan memaksa mereka mau tidak mau bekerja lebih keras dari orang lain.

“Nanti bapak akan usahakan, le! Nanti bapak akan coba tanyakan ke kampung sebelah apakah ada komputer yang bisa dipinjam dengan harga murah

Itulah kalimat terakhir dari Abdul sebelum pergi dan masuk kembali ke dalam gubuk. Bahir menatap punggung bungkuk Bapaknya dengan mata berkaca-kaca. Ia mendadak merasa bersalah, hatinya tiba-tiba sakit mengingat sorot mata teduh Bapaknya saat mengatakan bahwa beliau akan mengusahakan semuanya.

Pagi itu, sekitar pukul 3 dini hari, saat Bahir masih tertidur lelap di kamarnya. Abdul diam-diam pergi ke kampung sebelah dengan menggunakan sepeda onthel tua miliknya. Jalanan masih gelap dan sepi. Abdul merapatkan sarung yang melilit tubuhnya karena udara yang begitu dingin berhasil membuat tubuhnya menggigil. Namun ia harus tetap bersabar, karena jarak kampungnya dan tempat tujuannya sangat jauh, yaitu kurang lebih 3 km.

Sepeda onthel Abdul berhenti, matanya menatap sekeliling bangunan bercat hijau di depannya. Masih ada tulisan close di pintunya. Abdul memutuskan untuk menunggu, ia duduk di kursi depan pintu sambil menyandarkan kepalanya. Namun kantuknya datang tiba-tiba.

“Permisi, pak!”

Abdul seketika tersadar dari tidurnya saat sebuah tangan menepuk-nepuk pundaknya.

“Eh iya mas, maaf ya saya ketiduran disini” ucap Abdul.

“Iya tidak apa-apa pak, monggo masuk dulu ke dalam, diluar dingin” Seorang pemuda berkaos putih dengan sopan mempersilahkan Abdul masuk.

Abdul duduk di kursi sambil tidak berhenti menatap sekeliling dengan takjub. Tidak seperti gubuk kecilnya, ruangan yang saat ini ia tempati sangat bagus dan modern. Terdapat sekitar dua puluh komputer yang berjajar rapi layaknya warnet-warnet biasanya.

“Ada keperluan apa ya, pak?”

Abdul menelan ludah, sedikit ragu ingin bertanya.

“Untuk menyewa komputer disini berapa ya mas?” Tanya Abdul.

“1 jam nya 3 ribu pak, kalau untuk 1 hari full 60 ribu”

Abdul terdiam, menghitung-hitung penghasilan yang ia dapatkan dari menarik becak. Nihil, hasilnya tetap tidak cukup. Semenjak pandemi, satu hari saja terkadang ia hanya mendapatkan uang 3 ribu dan bahkan terkadang tidak mendapatkan penumpang sama sekali.

“Disini buka lowongan pekerjaan nggak mas? Pekerjaan apapun nggak masalah” Abdul tidak bisa menyerah begitu saja.

“Oh iya ada pak, kebetulan teman saya yang biasanya bagian bersih-bersih sedang izin cuti satu bulan”

Senyum Abdul merekah “Kira-kira gajinya berapa ya, mas?”

“Kalau itu....biasanya hanya 20 sampai 25 ribu-an perhari pak. Itu pun kami tidak bisa setiap hari memberi, soalnya terkadang sepi pelanggan. Yakin bapak mau?” Tanya Ahmad. Ragu jika Abdul mau menerima pekerjaan dengan gaji yang terbilang sangat sedikit. Namun siapa sangka, Abdul justru mengangguk keras.

“Mau banget, Mas. Tapi boleh nggak anak saya pakai satu komputernya? Potong gaji saya enggak apa-apa deh, Mas”

“Boleh, Pak. Nanti saya potong sesuai dengan waktu anak bapak memakai komputernya saja. Bapak bisa mulai datang besok”

Senyum Abdul semakin mengembang “Matur nuwun ya, Mas”

sami sami, Pak”

Abdul segera mengayuh sepeda onthel-nya dengan cepat. Tidak peduli dengan kakinya yang mulai lelah dan perutnya yang sedari tadi keroncongan, ia terus mengayuh sepedanya dengan semangat . Ia hanya ingin secepatnya sampai ke gubuk untuk menyampaikan kabar baik ini kepada sang anak.

Le, le! Bapak pulang!” Teriak Abdul saat baru saja memarkirkan sepeda onthel-nya. Bahir yang mendengar teriakan bapaknya segera berlari keluar.

“Bapak dari mana, toh? Kok pergi pagi-pagi nggak pamit ke Bahir? Bapak habis narik?” Bahir langsung memberondong sang bapak dengan banyak pertanyaan.

Abdul mengusap lembut puncak kepala Bahir “Bapak udah dapat sewaan komputer, le! Besok ayo pergi kesana sama-sama”

Bahir membelalak. “Hah? Benar pak?”

Abdul mengangguk. Ikut senang melihat raut wajah bahagia anaknya.

“Tapi uangnya gimana, Pak? Bapak besok harus narik becak juga kan?”

Abdul menggeleng pelan, “Sudah jangan dipikirin, itu biar bapak yang urus! Yang penting kamu sekolahnya yang rajin, katanya kamu ingin jadi guru?”

Bahir mengangguk semangat, senyumnya merekah sempurna. Rasa takut dan khawatir yang semula menyelimuti hatinya, kini menghilang seketika. Ia menatap bapaknya dengan lekat, kemudian tanpa ragu ia memeluk bapaknya dengan erat.

“Makasih banyak, Pak! Makasih banyak! Bahir janji akan sekolah yang rajin, supaya bisa jadi guru dan bisa bawa bapak hidup nyaman dan enak, biar bapak juga tidak usah narik becak lagi. Bahir janji, Pak!” Ucap Bahir lirih dengan mata mulai berkaca-kaca. Hanya kalimat itu yang bisa ia berikan untuk bapaknya saat ini.

Keesokan harinya, mereka berangkat kesana menggunakan sepeda onthel. Bahir akhirnya bisa sekolah seperti biasanya dengan bantuan komputer sewaan disana. Ia berusaha belajar dengan giat agar tidak mengecewakan bapaknya. Namun, dia tak tahu apa yang dilakukan bapaknya disana kala itu. Tak peduli lelah dan letih, serta kantuk karena kurang tidur, Abdul terus bersih-bersih di ruangan samping tempat Bahir berada. Bahkan saat debu membuat asmanya kambuh atau sakit punggungnya yang semakin parah.

Tahun ini, dibalik kerasnya kehidupan sebab pandemi Covid-19, Bahir justru mendapatkan hadiah dan pelajaran istimewa dan paling berharga dalam hidupnya, yakni perjuangan bapaknya. 

Read more ...

Selasa, 03 Januari 2023

KETIDAKJELASAN PEMIRA FIP UTM 2023


Warta Sinar- Kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UTM belum menemui kejelasan hingga saat ini (3/1). Hal ini dikarenakan belum adanya informasi dari pihak KPUM FIP mengenai pelaksanaan Pemira Fakultas Ilmu Pendidikan. Mahasiswa FIP yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan kekecewaanya atas tidak adanya kejelasan Pemira Fakultas Ilmu Pendidikan dari DPM FIP dan KPUM FIP selaku pihak yang bertanggungjawab.

"Sangat disayangkan peran Ketua DPM dan Ketua KPUM sebagai pihak yang bertanggungjawab, seharusnya menjadi promotor pendidikan demokrasi yang baik tetapi hingga detik ini tidak ada kejelasan," ujar mahasiswa FIP yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut.

Sejalan dengan pernyataan sebelumnya, pihak Banwaslu (Badan Pengawas Pemilu) Fakultas Ilmu Pendidikan mengungkapkan bahwa yang menjadi masalah sekarang adalah tidak adanya kepastian yang jelas dari KPUM FIP.

"Yang jadi problem sekarang ini dari pihak KPUM FIP tidak ada kepastian yang jelas, sudah H+seminggu lebih dari pelantikan baru tadi malam rapat kata ketua," ujar Husni Mubarok selaku Ketua Banwaslu.

Menjawab hal tersebut ketua KPUM FIP mengklarifikasi, menurutnya dari pihak KPUM FIP tidak ada kemoloran dalam penyelenggaraan Pemira Fakultas Ilmu Pendidikan.  Mengenai kejelasan informasi, KPUM FIP mengungkapkan adanya kendala mengenai akun instagram yang masih dalam proses perbaikan.

"untuk kemoloran saya rasa tidak, karena teman-teman dari KPUM FIP juga sudah beberapa kali melaksanakan rapat dan baru kemarin mengefiks kan timeline pemira. Untuk Instagram dari KPUM FIP saya sudah tanyakan di pengurus tahun lalu ternyata akun IGnya dihack. jadi ini juga masih proses pengoprasiannya." Ujar Muh. Radhitya Wahyu Satria selaku ketua KPUM FIP.

Ia juga menambahkan bahwa persiapan KPUM FIP dalam melaksanakan Pemira FIP 2023 sudah mencapai 70%.

Senada dengan penyataan KPUM FIP, Almira selaku ketua DPM FIP menjelaskan bahwa keterlambatan pelaksanan pemira dikarenakan MUSWA (Musyawarah Mahasiswa) dari Fakultas Ilmu Pendidikan sendiri baru dilaksanakan akhir bulan Desember 2022. Sehingga, ia memberikan waktu untuk KPUM FIP agar dapat melaksanakan rapat dan persiapan agar pemira lebih matang mengingat pemira tahun ini masih dilaksanakan secara daring. Almira juga menyebutkan bahwa permasalahan mengenai pemira ini sudah didiskusikan dengan pihak KPUM FIP, DPM FIP, dan juga Wadek III bidang kemahasiswaan.

"mungkin ini untuk klarifikasi juga ya soalnya dari kemarin banyak berita-berita yang disebarkan oleh beberapa oknum, saya juga merasa kecewa  dengan berita itu soalnya mereka juga gak tau bagaimana ceritanya kok bisa mereka membuat opini-opini seperti demikian, karena ini juga sudah atas persetujuan Pak Rozie juga, jadi ya saya  pikir kita tunggu saja KPUM FIP siapnya bagaimana, mereka juga sudah mulai bergerak dari kemarin-kemarin." Ujar Ketua DPM FIP tersebut. (Nf/An/Nnk)

Read more ...

Alamat Kami

Jln. Raya Telang - Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura

Follow Us

Designed lpmsinar Published lpmsinar_fkipUtm